MENATA GERAK BERDASARKAN POLA IRINGAN TARI

Membenahi gerak berdasar pada pola iringan tari
MENATA GERAK BERDASARKAN POLA IRINGAN TARI
1. UNSUR- UNSUR PENDUKUNG DALAM SAJIAN TARI
Hadirnya tari di depan pencinta/pemirsa tidak cuma menghadirkan rangkaian gerak yang teratur baik, rapi serta indah semata, tetapi juga butuh diperlengkapi dengan tata rupa atau unsur unsur lain yang bisa mensupport penampilannya. Dengan hal tersebut, tari bakal memiliki daya tarik serta pesona manfaat membahagiakan pemirsa yang menikmatinya.
Unsur-unsur pendukung/pelengkap sajian tari diantaranya yaitu iringan (music), topik, tata baju, tata rias, tempat (pentas atau panggung), tata lampu/cahaya serta tata nada.

a. Iringan (Musik)
Musik serta tari adalah pasangan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Keduanya datang dari sumber yang sama, yakni dorongan atau nalun ritmis. Curt Sachs dalam bukunya World History of the Dance menyampaikan, kalau pada jaman pra histori apabila musik dipisahkan dari tari, jadi musik memiliki kandungan bebrapa situasi spesifik dengan kesan kesan spesifik juga. Pada intinya bentuk musik tari bisa dibedakan jadi dua, yakni bentuk internal serta eksternal.
1. Musik Internal
Musik atau iringan tari yang di munculkan atau bersumber dari penarinya sendiri.
Contoh : bersiul, tepuk tangan, bernyanyi, petik jari, hentakan kaki, dsb
2. Musik Eksternal
Musik atau iringan yang di munculkan atau bersumber dari alat instrument yang di kerjakan orang lain.
Contoh : Nyanyian, puisi, susara-suara, instrument gamelan, orkestra musik, dsb
b. Tema
Topik yaitu pokok fikiran, ide paling utama atau inspirasi basic. Topik lahir dari pengalaman hidup seseorang seniman tari yang sudah di teliti serta diperhitungkan supaya dapat dituangkan kedalam beberapa gerakan. Sumber topik salah satunya bisa dikemukakan seperti berikut :
1. Pengalaman hidup pribadi seorang
2. Kehidupan binatang dengan karakter serta perangainya yang khas.
3. Peristiwa keseharian di sekitaran kita.
4. Cerita-cerita rakyat, cth : Jaka Tingkir, Roro Jonggrang, dll.
5. Karya sastra, seperti epos Ramayana serta Mahabarata.
6. Upacara-upacara tradisional, seperti upacara keagamaan atau upacara kebiasaan.
7. Persepsi dari seni yang lain, seperti drama, music, sastra, dll.
Terdapat banyak sumber topik yang susah disibakkan kedalam gerak tari serta dilarang unuk dipakai, seperti topik yang sangat berfilsafat, topik mengenai kehadiran dunia, nyanyian surgawi, serta beberapa topik abstrak, dll.
c. Tata Baju atau Kostum
Manfaat baju tari yaitu untuk mensupport topik atau isi tari, serta untuk memperjelas bebrapa fungsi dalam satu sajian tari. Oleh karenanya didalam pengaturan serta pemakaian baju tari sebaiknya selalu memperhitungkan hal hal seperti berikut :
1. Baju tari sebaiknya enak digunakan serta enak diliat oleh penonton
2. Pemakaian baju senantiasa memperhitungkan isi/topik hingga bisa mendatangkan satu kesatuan pada tari serta tata busana
3. Pengaturan baju sebaiknya bias merangsang imajinasi penonton
4. Design baju mesti memerhatikan bentuk bentuk gerak tari
5. Baju baiknya bisa anggota proyeksi pada penarinya.
6. Keselarasan dalam penentuan atau kombinasi warna warna busana
Dalam tari kita, baju tari mencerminkan jati diri satu daerah yang sekalian menunjuk pada tari itu berasal. Demikian juga dalam penggunaan warna baju. Pada intinya penggolongan warna bisa dibedakan jadi dua yakni warna primer serta warna sekunder. Warna primer dimaksud warna paling utama, warna primer kerapkali mempunyai arti simbolis untuk orang-orang spesifik yang menggunakannya. Arti simbolis dikaitkan dengan kebutuhan tari bisa dikemukakan sebagai berikut :
1. Warna merah adalah lambang keberanian serta keagresifan
2. Warna biru adalah lambang kesitiaan serta memiliki kesan ketentraman.
3. Warna kuning mrerupakan lambang keceriaan atau terkesan senang.
4. Warna hitam adalah lambang kebijaksanaan atau kematangan diri
5. Warna putih adalah lambang kesucian atau bersih.
d. Tata Rias

Tinggalkan komentar